Sabtu, 05 Mei 2012

peduli lingkungan


GAMBARAN ORGANISASI
Warga Peduli Lingkungan adalah kelompok masyarakat kecil yang berusaha meningkatkan kualitas lingkungan hidup, dan meningkatkan kesadaran dan inisiatif lokal untuk memerangi polusi sungai yang diakibatkan oleh sampah. Pada mulanya, kelompok ini hanya beranggotakan beberapa orang yang tinggal disepanjang sungai, yang menginisiatifkan kampanye kesadaran. Kampanye ini dilakukan secara antar-perorangan untuk kemudian disebarkan dari mulut ke mulut di lingkungan sekitar. Untuk menumbuh-kembangkan kesadaran, dilakukan 27 kegiatan percontohan dalam lingkungan kecil, yakni di rumah, tempat tinggal dan halamannya. Dengan memakai pendekatan seperti ini, pemikiran untuk menciptakan lingkungan yang bersih menyebar dari tetangga ke tetangga. Kerja bersama kemudian dilakukan untuk membersihkan lingkungan dari tumpukan sampah di beberpa tempat. Tempat pembuangan sampah diganti dengan taman kecil, sehingga menghalangi masyarakat untuk kembali ke kebiasaan lama yaiut membuang sampah ke lingkungan dan sungai. Sistem ini sekarang dijalankan di tiga kelurahan yang berbeda dengan jumlah penerima manfaat sekitar 700 KK, dan masyarakat sendiri mengelola sistem ini sepenuhnya.
 
URAIAN KEGIATAN
Motif: Lingkungan permukiman di sekitar Sungai Citarum sangat kotor dan masih banyak warga yang membuang sampah ke sungai sehingga mencemari lingkungan. Keadaan di permukiman tersebut semakin memprihatinkan karena warga mengkonsumsi air sungai yang tercemar tersebut sebagai air minum sehingga menimbulkan berbagai penyakit. Prihatin akan kondisi tersebut, Bapak Yogantara merasa perlu adanya pelatihan dan pendidikan lingkungan kepada masyarakat, khususnya anak-anak, untuk merubah perilaku dan menumbuhkan kepedulian mereka terhadap lingkungan sejak dini.

Kegiatan: Kegiatan kelompok ini, yang dimulai tahun 2000, menyertakan pendidikan lingkungan berbasis alam untuk siswa SD dan SMP yang tinggal disepanjang Sungai Citarum, dan peningkatan sanitasi dan kondisi lingkungan di permukiman di sepanjang Sungai Citarum (proyek pengolahan air limbah, manajemen limbah padat, pembangunan septik tank komunal dan tempat pembuangan limbah padat, dan pasokan air bersih). Pertemuan berkala dengan warga juga diadakan, dan siswa sekolah dilibatkan dalam program pendidikan lingkungan. Selebaran dan brosur sederhana juga didistribusikan ke masyarakat dan sekolah untuk penyebaran informasi.

Hasil: Konsep zona bersih dari masyarakat yang mandiri, sebagai model pengelolaan sampah berbasis masyarakat di daerah aliaran sungai, telah dijalankan dan semakin meningkat sejak 2003. Konsep ini dapat melayani 700 KK di tiga daerah permukiman yang berbeda, dan juga telah merubah wajah bantaran sungai secara bertahap dan bahkan memberi inspirasi warga di daerah terdekat untuk mencoba hal yang sama. Perwujudan sistem pelayanan sanitasi (septik tank komunal) mandiri berbasis warga (Community Based Sanitation System) juga sudah berjalan di 3 (tiga) pemukiman dengan jumlah pengguna sekitar 300 KK secara signifikan mengurangi jumlah warga yang masih BAB terbuk.

Upaya penyadaran lingkungan sejak usia dini dilakukan dengan mempersiapkan modul dan kurikulum pendidikan lingkungan untuk anak-anak SD dan SMP. Modul pendidikan lingkungan ini membantu meningkatkan pengetahuan dan kesadaran guru sekolah akan pentingnya menyisipkan pendidikan lingkungan dalam kurikulum sekolah. Upaya penyadaran dan pendidikan lingkungan yang telah dilakukan telah menghasilkan kader-kader cilik dari 30 sekolah yang disebut dengan KANCIL (Kader Anak Cinta Lingkungan). Kegiatan-kegiatan yang dilakukan merupakan hasil kerjasama dengan 15 komunitas warga berpenghasilan kecil yang tinggal di daerah sekitar sungai Citarum dimana WPL memfasilitasi terbangunnya kelompok inisiatif peduli lingkungan di setiap komunitas.

FAKTOR PENDUKUNG
Program ini menerapkan tidak hanya satu prinsip tapi beberapa prinsip yang terkait dengan kemandirian, efisiensi, keberlanjutan dan partisipasi masyarakat. Program ini juga mengacu pada beberapa aspek teknis, lingkungan, finansial dan sosio-kultural. Ini didukung dengan mekanisme untuk pemisahan dari sumber, pengumpulan dan penampungan sementara, pembuangan dan pengolahan, dan proses lebih lanjut – pengomposan dan daur-ulang.

Pemangku kepentingan dari berbagai kalangan masyarakat dilibatkan seperti: warga penghuni, pengguna jasa, sektor non-formal swasta, kepala desa, organisasi masyarakat, dan sektor formal – dinas kebersihan pemerintah. Strategi komunikasi dikembangkan melalui identifikasi figur utama atau kelompok strategis dalam masyarakat terkait, dan pemakaian pesan dalam sosialisasi harian dipergunakan untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat. Selain itu, berbagai materi cetakan (leaflet, poster dan bahkan buletin) dibagikan. Program tersebut juga dilaksanakan secara terus-menerus walau skalanya kecil dan berjalan lambat, berkat usaha keras para fasilitator program. Penguatan kapasitas warga lokal adalah fundamen yang terlebih dahulu dibangun didalam program-program pengelolaan lingkungan mandiri yang di dorong WPL.

TANTANGAN
Prasangka kurang baik dari pemerintah setempat pada tahap awal kegiatan sangat menghambat kemajuan program secara psikologis. Namun para fasilitator terus mengingatkan masyarakat untuk tidak mudah terkonfrotasi dan tetap melanjutkan kegiatan yang sudah direncanakan. Kurangnya dana adalah satu masalah yang umum dihadapi program seperti ini, yang kemudian diatasi dengan usaha menyusun skema penggalangan dana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar